Thurstone
(1957) dalam Walgito (2003) memandang sikap sebagai suatu tingkatan afeksi baik
yang bersifat positif maupun negatif dalam hubungannya dengan objek-objek
psikologis. Thurstone belum mengkaitkan sikap dengan perilaku. Rokeach (1968)
dalam Walgito (2003) memberikan pengertian bahwa sikap telah mengandung
komponen kognitif dan konatif, yaitu sikap merupakan predisposing untuk merespons, untuk berperilaku. Ini berarti sikap
berkaitan dengan perilaku.
Menurut
Gerungan (2004) attitude (sikap)
dapat diterjemahkan dengan sikap terhadap objek tertentu yang dapat merupakan
sikap pandangan atau sikap perasaan, tetapi sikap tersebut disertai dengan
kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan sikap objek itu. Jadi, attitude bisa diterjemahkan dengan
dengan tepat sebagai sikap dan kesediaan beraksi terhadap suatu hal. Attitude senantiasa terarahkan kepada
sesuatu hal, suatu objek. Tidak ada attitude
tanpa ada objeknya.
Dari
beberapa pendapat diatas Walgito (2004) menyimpulkan bahwa sikap itu merupakan
organisasi pendapat, keyakinan seseorang mengenai objek atau situasi yang
relatif ajeg, yang disertai adanya perasaan tertentu, dan memberikan dasar
kepada orang tersebut untuk membuat respons atau berperilaku dalam cara yang
tertentu yang dipilihnya.
Manusia
tidak dilahirkan dengan sikap pandangan ataupun sikap perasaan tertentu, tetapi
sikap tersebut terbentuk sepanjang perkembangannya. Gerungan (2004) menulis
bahwa attitude dalam kehidupan
manusia berperan besar, sebab apabila sudah dibentuk pada diri manusia, maka
sikap itu akan turut menentukan tingkah lakunya terhadap objek-objek attitude-nya. Adanya attitude-attitude menyebabkan bahwa manusia akan bertindak secara khas
terhadap objeknya.
Sikap
dibedakan menjadi sikap individual dan sikap sosial. Sikap individu dimiliki
oleh orang seorang berkenaan dengan objek-objek yang bukan merupakan objek
perhatian sosial. Sikap sosial terbentuk berkaitan dengan situasi rangsangan
yang bersifat sosial. Sikap sosial menyebabkan terjadinya tingkah laku yang
khas dan berulang-ulang terhadap objek sosial, dan karenanya maka sikap sosial
turut merupakan suatu faktor penggerak dalam pribadi individu untuk bertingkah
laku secara tertentu sehingga sikap sosial dan sikap pada umumnya mempunyai
sifat-sifat dinamis yang merupakan salah satu penggerak internal di dalam
pribadi orang yang mendorongnya berbuat sesuatu dengan cara tertentu (Gerungan,
2004).
Sikap dan Perilaku
Krech
dan Crutchfield (1954) dalam Walgito (2003) mengatakan bahwa perilaku seseorang
akan dilatarbelakangi oleh sikap yang ada pada orang yang bersangkutan. Namun
pendapat ini bertolak belakang dengan pandangan La Piere. La Piere (1987) dalam
Walgito (2003) mengatakan bahwa perilaku akan lepas dari sikap seseorang.
Pandangan La Piere ini berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Leon
Festinger pada tahun 1964 (Walgito, 2003, hlm.124).
Myers (1983) dalam
Walgito (2003) menyatakan bahwa pendapat Festinger merupakan antitesa terhadap
tesa, yaitu pendapat bahwa adanya kaitan antara sikap dan perilaku. Hegel dalam
Walgito (2003) mengatakan bahwa adanya tesa, antitesa, maka ada pula sintesanya
dan ini dilakukan oleh Myers. Myers (1983) dalam Walgito (2003) berpendapat
bahwa perilaku itu merupakan sesuatu yang dipengaruhi oleh lingkungan. Demikian
pula sikap yang diekspresikan (expressed
attitudes) juga merupakan sesuatu
yang dipengaruhi oleh keadaan sekitarnya. Sedangkan (expressed attitudes)
adalah merupakan perilaku. Orang susah mengukur sikap secara langsung, maka
yang diukur adalah sikap yang menampak, yang disebut perilaku. Oleh karena itu
jelas bahwa sikap mempuyai kaitan dengan perilaku. Perilaku dan sikap saling
berinteraksi, saling memengaruhi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar