Rabu, 16 Juli 2014

Sikap Sosial

Thurstone (1957) dalam Walgito (2003) memandang sikap sebagai suatu tingkatan afeksi baik yang bersifat positif maupun negatif dalam hubungannya dengan objek-objek psikologis. Thurstone belum mengkaitkan sikap dengan perilaku. Rokeach (1968) dalam Walgito (2003) memberikan pengertian bahwa sikap telah mengandung komponen kognitif dan konatif, yaitu sikap merupakan predisposing untuk merespons, untuk berperilaku. Ini berarti sikap berkaitan dengan perilaku.
Menurut Gerungan (2004) attitude (sikap) dapat diterjemahkan dengan sikap terhadap objek tertentu yang dapat merupakan sikap pandangan atau sikap perasaan, tetapi sikap tersebut disertai dengan kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan sikap objek itu. Jadi, attitude bisa diterjemahkan dengan dengan tepat sebagai sikap dan kesediaan beraksi terhadap suatu hal. Attitude senantiasa terarahkan kepada sesuatu hal, suatu objek. Tidak ada attitude tanpa ada objeknya.
Dari beberapa pendapat diatas Walgito (2004) menyimpulkan bahwa sikap itu merupakan organisasi pendapat, keyakinan seseorang mengenai objek atau situasi yang relatif ajeg, yang disertai adanya perasaan tertentu, dan memberikan dasar kepada orang tersebut untuk membuat respons atau berperilaku dalam cara yang tertentu yang dipilihnya.
Manusia tidak dilahirkan dengan sikap pandangan ataupun sikap perasaan tertentu, tetapi sikap tersebut terbentuk sepanjang perkembangannya. Gerungan (2004) menulis bahwa attitude dalam kehidupan manusia berperan besar, sebab apabila sudah dibentuk pada diri manusia, maka sikap itu akan turut menentukan tingkah lakunya terhadap objek-objek attitude-nya. Adanya attitude-attitude menyebabkan bahwa manusia akan bertindak secara khas terhadap objeknya.
Sikap dibedakan menjadi sikap individual dan sikap sosial. Sikap individu dimiliki oleh orang seorang berkenaan dengan objek-objek yang bukan merupakan objek perhatian sosial. Sikap sosial terbentuk berkaitan dengan situasi rangsangan yang bersifat sosial. Sikap sosial menyebabkan terjadinya tingkah laku yang khas dan berulang-ulang terhadap objek sosial, dan karenanya maka sikap sosial turut merupakan suatu faktor penggerak dalam pribadi individu untuk bertingkah laku secara tertentu sehingga sikap sosial dan sikap pada umumnya mempunyai sifat-sifat dinamis yang merupakan salah satu penggerak internal di dalam pribadi orang yang mendorongnya berbuat sesuatu dengan cara tertentu (Gerungan, 2004).

Sikap dan Perilaku
Krech dan Crutchfield (1954) dalam Walgito (2003) mengatakan bahwa perilaku seseorang akan dilatarbelakangi oleh sikap yang ada pada orang yang bersangkutan. Namun pendapat ini bertolak belakang dengan pandangan La Piere. La Piere (1987) dalam Walgito (2003) mengatakan bahwa perilaku akan lepas dari sikap seseorang. Pandangan La Piere ini berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Leon Festinger pada tahun 1964 (Walgito, 2003, hlm.124).

Myers (1983) dalam Walgito (2003) menyatakan bahwa pendapat Festinger merupakan antitesa terhadap tesa, yaitu pendapat bahwa adanya kaitan antara sikap dan perilaku. Hegel dalam Walgito (2003) mengatakan bahwa adanya tesa, antitesa, maka ada pula sintesanya dan ini dilakukan oleh Myers. Myers (1983) dalam Walgito (2003) berpendapat bahwa perilaku itu merupakan sesuatu yang dipengaruhi oleh lingkungan. Demikian pula sikap yang diekspresikan (expressed attitudes) juga merupakan sesuatu yang dipengaruhi oleh keadaan sekitarnya. Sedangkan (expressed attitudes) adalah merupakan perilaku. Orang susah mengukur sikap secara langsung, maka yang diukur adalah sikap yang menampak, yang disebut perilaku. Oleh karena itu jelas bahwa sikap mempuyai kaitan dengan perilaku. Perilaku dan sikap saling berinteraksi, saling memengaruhi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar